Panduan 8 Langkah bagi Fresh Graduate untuk Mendapatkan Karir Impian

Panduan ini akan membantu setiap Fresh Graduate untuk meraih karir impiannya. Dijabarkan dengan sederhana dan mudah untuk di aplikasikan. Meski ditujukan untuk Fresh Graduate, Anda yang sudah berpengalaman pun bisa menerapkannya. Sesuai dengan judul, panduan ini diperuntukkan untuk mendapatkan karir, bukan sekedar pekerjaan.

Umumnya Fresh Graduates, setelah lulus kuliah akan membuat CV, googling lowongan kerja, lalu mengirimkan email lamaran kerja. CV yang dibuat isinya biasanya “sangat detail”. Riwayat pendidikan sejak TK hingga Sarjana tak jarang ikut dituliskan di dalamnya.

Ditambah dengan bumbu-bumbu skill dengan bentuk rating bintang berjejer. Rating yang (sayangnya) sulit untuk di verifikasi keakuratannya.

Kemudian, ketika apply kerja, lowongan apapun disikatnya. Pokoknya, begitu ada lowongan kerja, langsung apply. Tidak peduli itu cocok atau tidak baginya.

Soalnya, prinsip: “siapa tahu itu rejeki” atau “kalau memang sudah rejeki, tidak akan tertukar” sering dipegang teguh oleh pelamar kerja seperti itu.

Sayangnya, pelamar kerja yang modelnya seperti ini jarang yang cepat dapat kerja. Boro-boro dapat kerja, dipanggil interview saja nggak.

Nah, apakah kamu tipikal pelamar seperti itu?


Tapi, saya maklum kalau Fresh Graduate pada umumnya begitu.

Kenapa?

Sebab tidak ada yang mengajari mereka secara utuh. Kampus mereka juga tidak mengajari gimana caranya dapat kerja. 

Bahkan, kalau searching di internet pun, isinya hanya berupa artikel sepotong-sepotong, atau tips-tips dangkal yang sama sekali tidak membantu. Yang ada malah bikin bingung. Kasihan mereka.

Nah, karena itulah, saya buatkan panduan ini. Supaya kamu yang Fresh Graduate tahu setiap langkah yang diperlukan supaya mendapatkan karir impian.

Ingat, karir impian. Bukan sekedar pekerjaan, tapi karir.

Note:
Meski judulnya diperuntukkan kepada fresh graduate, tapi pada prinsipnya panduan ini bisa digunakan juga untuk Anda yang sudah berpengalaman.

Career Path

OK, langkah pertama adalah membuat Career Path, bukan yang lain.

Kenapa begitu?

Karena untuk menuju ke tujuan tertentu, kamu butuh peta. Sehingga kamu gak nyasar. Atau muter-muter gak jelas di situ-situ saja. Career Path itu berfungsi seperti peta bagi perjalanan karir kamu.

Panduan bagimu dalam memanjat tangga korporasi.

Ilustrasi Career Ladder. Gambar diambil dari Freepik

Mereka yang karirnya di situ-situ saja, pasti tidak memiliki career path yang baik. Malah bisa jadi tidak tahu apa itu Career Path.

Padahal idealnya, Career Path itu dibuat sebelum kamu lulus. Supaya ketika sudah lulus, kamu gak jadi sarjana tanpa arah.

Career Path, pada prinsipnya berisi goal jangka panjang kamu dalam berkarir. Lalu di breakdown kebawah menjadi mid-term goal yang harus kamu capai dalam rentang 3-5 tahun mendatang.

Dengan melakukan breakdown, kamu bisa mengetahui apa saja skill dan kompetensi yang saat ini sudah kamu miliki. Plus skill gap antara skill set kamu saat ini, dengan skill yang dibutuhkan oleh goal yang kamu tuju.

Nah, dari skill gap tersebut, barulah kamu buat action list yang harus kamu lakukan, untuk menghilangkan skill gap tersebut. Kalau sudah tahu action list-nya, ya tinggal di kerjakan.

Jangan cuma menjadikan Career Path-mu sebagai pajangan saja.


CV – Curriculum Vitae

Setelah memiliki Career Path, sekarang waktunya membuat CV. Fresh Graduate biasanya bingung perbedaan antara CV dan Resume, sebab kadang ada recruiter yang meminta resume, ada juga yang meminta CV.

Menurut saya tidak perlu dipusingkan. Karena CV dan resume di Indonesia, pada prinsipnya sama saja. Recruiter pada umumnya tidak memusingkan hal itu.

Yang penting adalah isi dari CV yang kamu kirimkan.

Isi terpenting dari CV cuma ada 4, yaitu:

  1. Biodata (Nama lengkap, nomor HP, email, alamat dan Linkedin kamu)
  2. Pengalaman Kerja / Organisasi (tentu plus achievement/prestasi kamu)
  3. Pendidikan (cukup tulis kuliahnya saja D3/D4 atau S1/S2, jangan tulis riwayat pendidikan sejak TK atau SD)
  4. Skill (lebih bagus bila ada sertifikat yang mendukung)

Khusus untuk skill, cukup tulis yang relevan dengan posisi pekerjaan yang kamu lamar. Kalau perlu kursus untuk upgrade skill, bisa ke Coursera atau eTraining Indonesia. Keduanya memberi sertifikat yang recognized di dunia industri.

Nanti CV-nya pakai desain warna-warni nan cantik, atau polos saja?

Tergantung.

Tergantung perusahaan yang kamu lamar pakai ATS (Applicant Tracking System) atau tidak. Kalau perusahaan yang kamu lamar tidak memakai ATS, ya silahkan melamar dengan CV berdesain menarik.

Namun, kalau saya pribadi lebih suka pakai yang polos saja. Tanpa desain apapun.

Ya, seperti CV jadoel. CV seperti itulah yang sekarang marak disebut sebagai ATS-friendly.

Nah, tapi yang perlu digarisbawahi adalah: isi dari CV kamu wajib menunjukkan prestasi kamu!

Jangan cuma menulis job description pekerjaan atau organisasi. Tapi, perjelas juga dengan achievement atau prestasi kamu, selama memegang jabatan tersebut.

Prestasi inilah yang bikin recruiter klepek-klepek, dan tidak tahan untuk segera menghubungimu. Lalu memintamu datang interview.

Tentu dengan catatan, prestasinya memang sesuai dengan posisi yang kamu lamar.

Misal, kalau kamu bekerja sebagai Sales, maka prestasinya:

“Berhasil membukukan penjualan sebesar x Milyar di tahun 20xx yang melampaui target perusahaan sebesar Y persen.”

Kalau kamu Admin, maka bisa jadi prestasinya:

“Tidak pernah membuat kesalahan ataupun mendapat teguran dalam penulisan invoice selama xx tahun bekerja.”

Jangan salah, membuat invoice tanpa pernah sekalipun keliru selama sekian tahun, itu juga sebuah prestasi. Tidak semua orang bisa.

Tapi gimana kalau Fresh Graduate? Kan belum pernah kerja.

Kalau belum pernah bekerja sama sekali, ya tuliskan saja pengalaman berorganisasi kamu, dan prestasi kamu selama menjabat.

Misal, kamu jadi kasie penggalangan dana untuk event X, maka prestasinya:

“Berhasil menggalang dana untuk event X sebesar Y Rupiah dengan cara bla bla bla”

atau

“Menghadapi situasi perselisihan blablabla karena blablabla, dan untuk mengatasinya saya melakukan blablabla”

Tapi jangan mengarang indah. Jangan!

Sebab, sangat mudah bagi recruiter untuk mengetahui ketika kamu membual akan prestasimu.


Personal Branding

Ini adalah langkah selanjutnya setelah kamu punya Career Path dan CV. Bukan sebelumnya.

Kenapa?

Karena dengan memiliki Career Path dan CV terlebih dahulu, maka kamu bisa lebih jelas dalam membuat Branding dirimu.

Eh tapi, Personal Branding itu apa?

Ilustrasi Personal Branding, courtesy of Freepik.

Personal Branding itu strategi untuk menciptakan citra dirimu, sehingga publik bisa mudah membedakanmu dengan orang lain. Bisa dibilang, Personal Branding adalah cara supaya kamu dikenal oleh orang lain.

Bukan dikenal oleh sembarang orang, tapi khususnya oleh para recruiter dan level managerial keatas. Tentu bukan dikenal karena joget-joget a la Tiktok ya, tapi karena skill, kompetensi, dan cara komunikasimu.

Cara paling mudah untuk memulai Personal Branding, adalah dengan memiliki Linkedin.

Kenapa Linkedin?

Well, sebenarnya tidak harus Linkedin. Kalau punya blog, silahkan gunakan blog kamu.

Demikian juga kalau punya Twitter, Facebook, dan media sosial lainnya. Silahkan gunakan.

Linkedin sengaja saya utamakan, karena disitulah tempat para pencari kerja dan para recruiter berkumpul dan bersosialisasi. Kamu sebagai Fresh Graduates akan lebih dimudahkan dalam melakukan Personal Branding.

Ada beberapa metode “sederhana” dalam melakukan personal Branding di Linkedin.

Apa saja?

  1. Minta untuk Terhubung / Connect

Minta connect dengan orang-orang yang berprofesi sebagai HR / Recruitment team. Serta mereka yang punya level managerial keatas.

Ingat, kamu minta connect, bukan follow. Jadi jangan sampai keliru, soalnya ada 2 opsi itu di Linkedin.

Setelah terkoneksi, jangan lupa kirim pesan terima kasih.

  1. Follow Influencer

Follow para influencer di Linkedin, dan rajinlah berkomentar cerdas di status / postingan mereka. Tujuannya supaya mereka notice kamu.

Komentar cerdas, bisa berupa pertanyaan lebih lanjut atas posting influencer yang bersangkutan, atau kamu memberikan pernyataan yang mendukung postingan influencer tersebut.

Jangan cuma komentar: “mantap Pak”, “setuju Bu”, atau sejenisnya. Tunjukkan kualitasmu di hadapan influencer, dan para pembaca postingan tersebut.

  1. Posting

Buat postingan yang sesuai dengan skill, kompetensi, atau pengalaman kamu. Usahakan postingan kamu itu selaras dengan Career Path yang telah kamu buat.

Jangan lupa tag para influencer yang sudah kamu follow pada postingan tersebut.

Tujuannya apa men-tag mereka?

Supaya postingan kamu mendapatkan jangkauan lebih luas. Jadi lebih banyak orang yang tahu tentang dirimu. Syukur-syukur bila postingan kamu di komentari influencer, kan lumayan. Koneksi mereka jadi pada tahu. Itu namanya promosi, tanpa perlu keluar rupiah.

Ketika nantinya kamu sudah mendapatkan pekerjaan, jangan berhenti melakukan Personal Branding.

Kenapa?

Harapannya, supaya di masa depan, kamu tidak perlu mencari-cari, dan melamar kerja.

Bila personal Branding mu sudah bagus dan kamu dikenal dengan benar, maka banyak sekali peluang yang akan datang kepadamu. Dari sekedar ngisi webminar, hingga jadi affiliate produk atau jasa tertentu. Dan ini gurih sekali rupiahnya. Belum lagi berbagai koneksi yang kamu dapatkan.

Tapi tentu, target yang utama, supaya kamu tiba-tiba dihubungi Headhunter atau recruiter yang meminta CV dan menawari kamu kerja.

Perlu di ingat, bahwa Personal Branding ini tidak bisa instant. Perlu waktu berbulan-bulan (bahkan bertahun-tahun) sebelum mulai menampakkan hasilnya. Jadi, penting bagimu untuk disiplin dan konsisten melakukan Personal branding.


Apply Kerja / Kirim Lamaran

Sambil kamu melakukan Personal Branding, jangan lupa juga untuk apply kerja. Jadi Personal Branding dan apply kerja dilakukan secara bersamaan.

Boleh gak Kak kalau saya cuma apply kerja saja, tanpa melakukan Personal Branding?

Ya boleh saja. Kan kamu yang menjalani hidupmu sendiri, bukan saya. Hanya saja, jangan menyesal dan iri bila beberapa tahun mendatang karirmu (dan gaji) tidak sebagus temanmu yang melakukan Personal Branding secara konsisten.

OK, lanjut.

Cari Lowongan

Dimana cari informasi lowongan kerja?

Banyak. Kamu bisa mulai dari Linkedin, Glassdoor, Jobstreet, atau halaman lowongan kerja yang ada di eTraining.id. Bebas, sekarepmu!

Silahkan cari lowongan dari mana saja.

Tapi, pastikan lowongan yang kamu cari itu sesuai dengan Career Path yang sudah kamu buat sendiri. Jangan menyimpang.

Misalnya, Career Path kamu menunjukkan untuk apply sebagai maintenance atau engineering di perusahaan tambang Multinasional, ya jangan apply bila ada lowongan jadi Teller di Industri Perbankan Nasional. Meski, kamu merasa mampu untuk apply disitu. Stick to your Career Path!

Apalagi bila ini adalah pekerjaan pertama kamu. Sebab, pekerjaan pertamamu cenderung menentukan pekerjaan-pekerjaan kamu selanjutnya di masa depan.

Ya kecuali kalau lowongannya beda-beda tipis, dengan skill / kompetensi yang dibutuhkan kurang lebih sama. Misalnya Career Path kamu sebagai Maintenance Staff di Perusahaan Tambang Multinasional, eh ternyata ada lowongan terbuka sebagai Maintenance Planner Perusahaan Alat Berat Multinasional. Ya sikat aja.

Kesalahan Fresh Graduate

Ada tiga kesalahan yang umumnya dilakukan oleh Fresh Graduates ketika mengirimkan lamaran kerja via email.

Yaitu:

  1. Satu CV untuk semua

Fresh Graduates pada umumnya hanya membuat 1 CV saja, kemudian disebar massal ke berbagai lowongan. Tanpa peduli apa posisi yang diminta. Tanpa melihat apakah CV-nya cocok atau tidak dengan lowongan yang ada.

Jangan lakukan itu.

Jadikan CV-mu customize.

Tapi jangan rombak seluruh isi CV kamu. Cukup beri editan-editan kecil berisi penekanan yang berbeda, sesuai posisi yang sedang kamu lamar.

  1. Email blank atau asal copas

Saking banyaknya email lamaran kerja yang dikirimkan, Fresh Graduates seringkali “terlalu capek” untuk menulis pengantar di emailnya. Sehingga emailnya kosongan. Hanya berisi attachment CV-nya saja.

Atau pengantarnya hasil copas massal, yang tidak di cek terlebih dahulu sebelum dikirmkan. Akibatnya, pengantar berisi salam ke HRD PT ABC tapi emailnya ditujukan ke HRD PT KLM.

Jangan gitu ya..

Ingat, attitude itu penting. Dan attitude-mu dilihat pertama kali melalui emailmu. Kalau pengantar emailnya saja menunjukkan kamu tidak teliti, asal-asalan, atau malas, kira-kira bakal diproses gak CV kamu?

  1. Mengirimkan dokumen pribadi

Seringkali email lamaran kerja yang dikirimkan tidak hanya berisi CV saja. Namun juga berisi Ijazah, Transkrip Nilai, KTP, bahkan ada juga yang mengirimkan scan Kartu keluarga. Buat apa?

Mungkin niatnya supaya sekalian.

Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa ada perusahaan yang meminta data-data tersebut untuk dikirimkan saat melamar via email. Tapi sebagian besar perusahaan tidak memintanya. Apalagi yang sudah Multinasional. Perusahaan skala nasional pun, saya lihat sudah jarang yang meminta dokumen pribadi dilampirkan via email.

Data dan dokumen pribadi seperti KTP, Ijazah, dkk biasanya akan diminta hanya bila kamu lolos screening CV. Kamu bawa fotokopinya saat wawancara kerja.

Lagipula sangat riskan memberikan dokumen pribadi begitu saja. Apalagi di tengah maraknya penipuan online sekarang ini.

Siapa yang jamin datamu tidak disalahgunakan?

Catat, catat, catat

Setiap lamaran yang kamu kirimkan, haruslah kamu catat.

Kenapa?

Supaya ketika mendadak kamu ditelpon HRD, kamu tidak “lupa” kalau sudah pernah mengirim lamaran.

Sekaligus mencegah supaya kamu tidak berkali-kali mengirim lamaran yang sama, ke alamat yang sama. Iya kalau HRD nya menganggapmu persisten, lha kalau menganggap itu annoying gimana? Wassalam deh nasib lamaranmu.

Oleh karena itu, pastikan untuk mencatat setiap lowongan yang kamu apply. Kamu bisa membuat form excel sederhana untuk mencatatnya.

Setidaknya, catat beberapa hal berikut:

  1. Tanggal kamu apply lowongan tersebut
  2. Nama Perusahaan dan Bidangnya apa
  3. Alamat Perusahaannya
  4. Email perusahaan
  5. Nama recruiter / HRD-nya (bila ada)
  6. Posisi yang kamu lamar
  7. Progress yang berlangsung (kirim cv, psikotest, atau interview)
  8. Tanggal kamu akan melakukan follow up
  9. Keterangan hasil follow up

Lho, kok ada follow up nya? Apa tidak menunggu HRD-nya yang menghubungi kita saja?

Idealnya memang begitu. Pihak HRD yang menghubungi kita. Namun, kadangkala kita perlu berinisiatif untuk menghubungi mereka. Menanyakan progress lamaran yang kita kirimkan. Kan, tidak semua HRD rajin mengabari progress lamaran setiap kandidatnya.

Dari balasan HRD pun, kita juga bisa mengira-ngira bagaimana lingkungan kerjanya.

Bilamana dirasa mengganjal, kamu bahkan boleh dan berhak untuk tidak melanjutkan proses melamar di perusahaan tersebut.


Interview

Yak, setelah kamu mengirimkan berbagai lamaran, akhirnya ada perusahaan yang memanggil interview. Hooray!

Ilustrasi Interview / Wawancara Kerja. Lagi-lagi courtesy dari Freepik.

Proses inteview sendiri bisa dilakukan berkali-kali, tidak cuma sekali. Hal ini tergantung dari kebutuhan, dan SOP di perusahaan tersebut.

Sistemnya pun ada yang 1-on-1, panel interview, maupun group interview.

1-on-1 Interview

Interview yang 1-on-1 biasanya merupakan interview permulaan. Digunakan untuk menyaring kandidat atau melakukan checking tertentu atas data dalam CV-nya.

Interview ini, biasanya dilakukan oleh recruiternya saja.

Panel Interview

Panel interview, umumnya pelamar kerja di interview oleh pihak recruiter dan user. User yang menginterview biasanya lebih dari satu orang. Tergantung pada posisi yang sedang kamu lamar. Semakin krusial posisi yang kamu lamar, maka (biasanya) semakin banyak user yang ikut meng-inteview.

Selain itu, proses interview pun bisa dilakukan berkali-kali. Tergantung pada seberapa tinggi, atau penting sebuah jabatan yang kamu lamar. Itu pun dengan user yang berbeda-beda.

Tapi untuk Fresh Graduate yang melamar untuk posisi entry level, biasanya interview cuma sekali saja. Dilakukan dengan panel interview yang dihadiri seorang user dan seorang recruiter.

Group Interview

Berikutnya adalah Group Interview. Kamu yang melamar sebagai Management Trainee akan mendapati group interview ini dalam proses melamar kerja.

Pelaksanaan Group Interview ini, biasanya dengan mengumpulkan beberapa kandidat dalam satu ruangan. Lalu mereka diberi sebuah permasalahan, atau sebuah topik untuk di diskusikan solusinya.

Recruiter akan melihat keaktifan setiap peserta, cara tiap peserta berkomunikasi, attitude tiap orang, solusi pemecahan masalah, dan lain sebagainya.

Group interview ini umumnya tidak berdiri sendiri.

Jadi setelah Group Interview, biasanya dilanjutkan dengan 1-on-1 interview untuk membahas pengamatan recruiter atas Group Interview yang baru saja terjadi.

Setelah tahu jenis interview yang akan kamu hadapi, sekarang kita bahas tindakan kamu dalam menghadapi interview.

Sebelum Interview

Sebelum interview berlangsung pastikan untuk mencari informasi terkait perusahaan yang mengundangmu. Industrinya apa, produknya apa saja, bagaimana gambaran lingkungan kerjanya, apa saja tantangan yang sedang dihadapi perusahaan tersebut saat ini, dan lain sebagainya.

Informasi yang kamu kumpulkan ini akan sangat berguna untuk menambah impresi akan dirimu, di mata user dan recruiter.

Ketika Interview

Fresh Graduate biasanya gugup dan tegang ketika menjalani interview. Padahal, interview itu sendiri pada intinya untuk mencari kecocokan antara calon pekerja dengan calon perusahaan. Juga untuk mencari bukti, dan fakta atas isi CV mu. Jadi, selama kamu jujur, tidak perlu tegang dan gugup. Tenang saja.

Bersikaplah, kurang lebih seperti ketika kamu diajak oleh orang tuamu untuk berkunjung ke rumah kerabat jauh yang tidak pernah kamu temui sebelumnya. Bersikaplah sopan, tapi tidak terlalu formal. Santai, tapi tidak terlalu akrab. Jangan kaku, apalagi SKSD. Sok Kenal, Sok Dekat.

Untuk menjawab pertanyaan interview, kamu bisa menggunakan metode CAR. Challenge – Action – Results.

Sederhananya, kamu hanya perlu menjabarkan Challenge atau tantangan yang kamu hadapi, lalu kamu lanjutkan dengan Action atau tindakanmu untuk menyelesaikan tantangan tersebut. Dan di akhiri dengan Results atau hasil yang kamu peroleh dari tindakan yang kamu lakukan.

Bilamana dirasa tepat, selingi interview dengan sedikit canda. Sehingga suasana tidak tegang. HRD atau recruiter biasanya sudah terlatih untuk mengkondisikan situasi, supaya suasananya cukup cair. Jadi, seringkali kamu hanya perlu “ngikut saja”.

Di akhir sesi interview, biasanya user atau recruiter akan bertanya: “apakah kamu ada pertanyaan terkait perusahaan ini?” Nah, ini adalah salah satu momen dimana kamu bisa menonjol dan di ingat, bila dibandingkan kandidat lain.

Sebab, ketika diberi kesempatan bertanya, para Fresh Graduate mayoritas tidak bertanya. Dan kalau pun bertanya, biasanya pertanyaannya cenderung biasa saja. Tidak memberi kesan mendalam pada user ataupun recruiter.

Pertanyaan yang terkesan biasa saja antara lain: “Bagaimana jenjang karir di perusahaan ini?” atau “Bagaimana lingkungan kerja disini?”

Kenapa saya bilang pertanyaan seperti itu biasa saja? Karena kandidat lain kemungkinan sudah bertanya seperti itu. Dan recruiter mungkin sudah cukup bosan untuk menjawab pertanyaan tersebut berkali-kali dalam sehari.

Ilustrasi Recruiter yang bosan dengan pertanyaan itu-itu saja. Iya, ini juga courtesy Freepik.

Karena kamu sudah mencari informasi terkait perusahaan ini, maka gunakan informasi tersebut untuk mengajukan pertanyaan berbobot.

Contoh:

Kamu fresh graduate yang melamar sebagai Procurement staff di perusahaan manufaktur. Kamu sudah cari tahu, bahwa manufaktur tersebut memerlukan produk turunan dari minyak mentah sebagai bahan baku utama produknya. Sedangkan saat ini, harga minyak sedang tinggi dikarenakan konflik Rusia-Ukraina.

Kamu bisa bertanya seperti ini:

U (user): Ada yang ingin ditanyakan terkait perusahaan ini?

K (kamu): Perusahaan ini kan memerlukan produk turunan minyak sebagai bahan bakunya. Ditengah kenaikan harga minyak yang gila-gilaan belakangan ini, bagaimana tindakan perusahaan? Apakah ada rencana tertentu?

U : Oh iya, ada rencana terkait hal ini. Kami berniat untuk mencari supplier baru yang harganya lebih bersahabat.

K : Apakah tidak bisa di nego dengan supplier saat ini Pak?

U : Saat ini sedang proses Mas, cuman saya tidak bisa memberi informasi lebih lanjut terkait hal itu.

K : Berarti kalau keterima disini, saya ikut mencari supplier baru dong Pak?

U : Sepertinya begitu Mas.

K : Wah, saya jadi makin deg-degan nih buat kerja disini.

U : Kok bisa gitu Mas?

K : Iya, kalau ikut cari supplier, siapa tahu bisa ikut site visit juga. Kan lumayan, bisa jalan-jalan Pak. Hehe..

U : Hehehe.. bisa aja Mas.

Setelah Interview

Setelah interview berakhir, dan kamu pulang ke rumah, jangan lupa untuk :

  1. Mengirimkan Thank You email
  2. Update Formulir Apply Kerja-mu
  3. Tuliskan kekurangan maupun pelajaran berharga yang kamu dapatkan dari interview tadi. Pastikan untuk tidak mengulangi kesalahan, atau kekurangan tersebut di interview berikutnya.
  4. Kirimkan dokumen yang diminta oleh recruiter atau user (bila mereka memintanya).
  5. Lakukan Personal Branding. Tuliskan pengalamanmu (terutama kesanmu) selama interview di Linkedin, sapa juga user dan recruiter bila mereka juga ada di Linkedin.
  6. Move-on, dan bersiaplah untuk interview selanjutnya.

Psikotest

Sekarang kita bahas langkah berikutnya, yang harus kamu lakukan sebagai Fresh Graduates ketika menjalani tahapan Psikotest. Pertama kamu harus tahu terlebih dahulu, jenis psikotest seperti apa yang akan kamu hadapi.

Saya secara pribadi membagi psikotest menjadi 2 jenis, yaitu:

  1. Pre-Interview, dan
  2. Post-Interview
Iya, saya tahu ini bukan pengelompokan jenis psikotest yang pas, tapi demi memudahkan para Fresh Graduate, kita gunakan ini saja.

Pre-Interview

Sesuai dengan namanya, Psikotest Pre-Interview adalah test psikologi yang dilakukan sebelum seorang kandidat di Interview. Biasanya psikotest ini dilakukan secara massal.

Ilustrasi Tes Psikologi Polri TNI; bukan Freepik. Gambar diambil dari tarunaeducation.com

Pernah daftar ASN atau Polri?

Nah, mereka lah institusi yang sering melakukan model psikotest seperti ini. Beberapa perusahaan Nasional ada juga sih yang begitu. Tapi mostly, not! Perusahaan Multinasional malah tidak pernah saya ketahui melakukan “kekonyolan” seperti ini.

Tujuannya apa melakukan psikotest sebelum proses interview?

Ya tentu untuk eliminasi peserta. Biasanya karena pesertanya membludak dan dibarengi dengan syarat melamar yang sangat mudah. Isi psikotestnya biasanya berisi soal untuk menghitung cepat, bermain logika dengan angka, dsb.

Intinya, untuk bisa lolos tipe psikotest seperti ini, kalian harus sering-sering berlatih.

Beli saja buku-buku “trik lolos psikotest ASN atau Polri” yang ada di pasaran.

Post-Interview

Sesuai juga dengan namanya, Psikotest Post Interview adalah test psikologi yang dilakukan setelah kamu lolos Interview. Psikotest seperti ini biasanya hanya di ikuti beberapa orang saja. Tidak massal seperti model Psikotest Pre-Interview.

Dan tentu saja, tidak ada soal salah atau pun benar dalam psikotest-nya. Kenapa?

Karena psikotest seperti ini memang tujuannya untuk mengenali watak dan potensimu. Bukan tipe psikotest untuk eliminasi peserta.

Jadi, saran saya, jujurlah ketika mengerjakan Psikotest (yang tipe Post-Interview). Sebab, memang tidak ada trik. Tidak perlu latihan juga.

Jujurlah!

Metode test yang umum digunakan biasanya metode DiSC.


Job Offer & Nego Gaji

Informasi buat kamu yang Fresh Graduates, Job Offer ini adalah tahap terakhir sebelum kamu benar-benar bekerja.

Job Offer (atau Job offering Letter), adalah surat yang ditujukan ke calon pekerja, untuk bekerja pada posisi atau jabatan tertentu.

Job Offer ini biasanya berisi tawaran kerja, termasuk jumlah gaji, tanggung jawab pekerjaan, nama atasan langsung atau manajermu nantinya, dan tentu saja jabatannya.

Pada tahap ini, biasanya kamu baru bisa nego gaji. Jadi jika kamu rasa tawaran gaji yang tertulis di Job Offering Letter dirasa kurang, maka silahkan bila meminta untuk ditambah. Tapi yang reasonable ya alasan kamu minta nambah gaji.

Oh iya, tambahan yang di approve, pada umumnya di kisaran 5-20% dari nominal semula yang ditawarkan kepadamu.

Lalu, kalau semua yang tertulis di Job Offering Letter sudah dirasa cocok, ya silahkan kamu tanda tangani. Setelah tanda tangan, ya kamu sudah resmi keterima kerja.


Konsistensi

Sekarang ini adalah langkah terakhir dan yang paling sulit untuk di lakukan. Namanya Konsistensi.

Konsisten untuk apa?

Konsisten untuk terus melakukan Personal Branding meski sudah dapat kerja. Ini sulit. Karena biasanya, begitu sudah keterima kerja tidak lagi melakukan aktivitas Personal Branding.

Padahal ini penting. Sebab, kamu punya Career Path untuk di ikuti.

Ingat, dengan Personal branding yang benar, akan mempermudah diri kamu sendiri untuk mendapatkan kerja, atau meningkatkan karir di masa mendatang. Berpikirlah jauh kedepan.

Selain itu, pastikan juga untuk melakukan adjustment atau penyesuaian terkait Career Path kamu. Sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang kamu alami. Sehingga kamu bisa terus mengetahui skill gap, dan bisa membuat action list yang tepat untuk meningkatkan karirmu.

Sekarang, setelah sukses membaca sampai sini, silahkan kamu buat Career Path mu.

Tulis komentar dibawah bila ada pertanyaan ya..

2 thoughts on “Panduan 8 Langkah bagi Fresh Graduate untuk Mendapatkan Karir Impian”

  1. Masha Allah Ruaaaar Biasah nih artikel.
    Ibarat kalau Menu Makanan sudah lengkap komplit dari A Ampe Z, Lengkap dengan Toping yg sangat menggoda.

    Nah sekarang tergantung yang mbaca, Apakah mereka mengerti, memahami dan bisa langsung merealisasikannya; Mudah mudahan mereka langsung “ngeh” dan langsung bisa eksekusi kedalam aktivitas mereka, Aamiin.

    Btw, Thanks atas Artikelnya Om🙇

Leave a Reply to Panji Rolandi Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Panduan 8 Langkah bagi Fresh Graduate untuk Mendapatkan Karir Impian

by Panji Rolandi time to read: 24 min
2